Brebes – Salah satu destinasi wisata religi yang
dimiliki Kota Bawang atau Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, adalah Makam Syekh
Junaedi Al-Baghdadi yang terletak di Desa Randusanga Wetan Kecamatan Brebes,
yang juga terkenal dengan obyek wisata Pantai Randusanga Indah dan kuliner
lautnya.
Masyarakat setempat mempercayai bahwa tempat ini
adalah makam tokoh penyebar agama islam di wilayah pesisir Brebes, namun ada
juga yang meyakini hanya petilasannya saja. Makam yang dikeramatkan ini
terletak di tengah-tengah areal tambak milik warga, untuk mengakses ke kompleks
makam, peziarah harus melewati pematang tambak penduduk.
Ini menunjukkan bahwa proses syiar agama islam dari
Arab ke Pulau Jawa banyak dimulai dari wilayah pesisir, termasuk di pesisir
Laut Jawa ini. Dibenarkan Danramil 01 Brebes Kodim 0713 Brebes, Kapten Armed
Zaenal Abidin bahwa, tempat ini ramai didatangi ratusan peziarah dari berbagai
daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat pada hari-hari tertentu, seperti malam
Jumat dan Selasa kliwon.
“Keberadaan makam Syekh Junaedi Al-Baghdadi adalah
dengan orbitasi 9 kilometer dari pusat kota, para peziarah adalah lokal maupun
luar kota seperti dari kabupaten Tegal, Pemalang dan Cirebon. Kebanyakan di
malam Jumat kliwon,” ucapnya selepas meletakkan batu pertama pembangunan
kompleks makam secara simbolis bersama Muspika dan Kepala Dinas Pariwisata
Kabupaten Drs. Didin Setiadi. Selasa sore (20/8/2019).
Dibenarkan Kades setempat, H. Swi Agung, keberadaan
wisata religi ini secara tidak langsung telah membantu masyarakat dari segi
perekonomian jika dikelola dengan baik oleh Pokdarwis, serta lebih luasnya
adalah mendongkrak sektor pariwisata budaya di Brebes.
Sementara dari keterangan Juru Kunci Makam, Syakhur
Romli (83), dari jumlah ratusan peziarah, banyak juga yang menginap di desa,
aula serta mushola di kompleks makam yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
Sosok dari Baghdad, Saudi Arabia ini diperkirakan
hidup pada masa Walisanga, dan tahun ini merupakan Haul-nya yang ke-275.
Sepengetahuan Syakhur, tokoh ini tidak mempunyai keturunan dan silsilah.
Masyarakat dulunya mengetahui keberadaan makam saat mereka penasaran dengan
burung-burung yang jatuh saat terbang di atas areal makam yang dulunya
rawa-rawa. Setelah dilakukan pencarian penyebabnya, mereka mendapati gundukan
tanah yang ternyata adalah sebuah makam, kemudian terus dirawat sampai
sekarang.
Untuk diketahui, asal usul
nama Desa Randusanga sendiri berasal dari kata randu/randa yang artinya bekas,
serta sanga yang merujuk kepada Walisanga. Konon Syekh Junaedi datang pasca
desa ini ditinggalkan Walisanga untuk syiar ke Kota Cirebon, dengan petilasan
berupa tempat bekas musyawarah wali tersebut. (Aan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar